3/11/11

22 | Semeleh

Mimpi-mimpimu itu luar biasa. Bukan-bukan, tapi sangat luar biasa. Rasa-rasanya mising link dan mustahil tercapai kalau hari-harimu masih kamu jalani dengan biasa. bukan-bukan, tapi dijalani dengan malas-malasan.
Maka, satu-satunya cara untuk menggapai mimpimu yang luar biasa itu, ubahlah kebiasaan biasamu hari ini menjadi hari-hari yang luar biasa. Bukan-bukan, itu bukan satu-satunya cara. Ada cara lain, yakni : anggaplah mimpi-mimpimu itu biasa saja, maka tak terasa sejauh ketika kamu masih memandangnya luar biasa.

Bolak-balik ke Makkah, atau lima perkebunan kelapa Sawit, atau punya kampsu sebesar Unissula, atau sekedar mempunya Avanza. Itu bisa dipandang biasa, bisa juga dipandang luar biasa. Tergantung didimensi mana kita memandangnya. Dimensi nominal rupiah? Atau dimensi Kekuasaan Sang Pencipta?

Semeleh, cuma itu yang bisa dilakukan oleh orang yang blank. Jangankan perkebunan kelapa sawit, avanza saja tidak nyambung kalau dihitung dengan harus dari berapa bulan tabungan atas keuntungan warnet. Tidak balance kalau dihitung dengan harus berapa order cetakan. Tidak equal dengan harus berapa kali training di Ciptarasa. Tidak tawazun dengan berapa proposal yang harus aku ajukan ke Dinas Pendidikan.

"La haula, walaquwata ilabillah",

Tidak menyangka, prestasi terbesar lima tahun berentrepreneurship adalah ini : aku ini blank, ora nduwe opo-opo, ora sanggup opo-opo, ben ta pasrahke Panjenenganipun Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.

Semeleh, semeleh. Tawakal, tawakal. Tawakal bagi bayi tanpa gigi seperti aku ini cuma bisa mengartikan sebagai mewakilkan. Aku wakilkan urusan-urusan besarku ini kepada-Mu, aku menunggu perintah-Mu saja.

* Semeleh searti dengan menyandar

No comments:

Post a Comment