Naa2nya (saya pribadi) masih tergelayut dalam euforia pernikahan, ya, belum berpikir secara intergral dan belum mendiferensiasikannya dalam bentuk aksi-aksi realis.
Mulut ini bilang, segera, sebentar lagi. Tapi saya masih kurang bisa membaca radar hati (ini) yang sesungguhnya.
Apakah saya sudah siap menikah?
Hal apa yang membuat saya merasa layak untuk siap menikah?
terus mencari jawaban.
No comments:
Post a Comment