1/3/11

Menyuntik sambil Tertawa.

Kalau Anda jalan-jalan di Purwokerto, sekitar Apotik Merdeka, Jalan Merdeka, utara Telkom, ada rumah besaaar sekali. Hm, saya bertanya-tanya, ini rumah apa bukan ya? Apa kantor? Apa istana? Entah, barangkali yang tahu infonya bisa berbagi. Yang mau saya sampaikan, bahwasannya banyak sekali dokter-dokter yang kaya raya, hidupnya mewah, padahal 70% penduduk negeri ini memakai asuransi Jamkesmas, itu menurut data dari salah seorang pensiunan PT Askes.

Kabar terkini, saya dapat dari Pak Rully mentor EU, masuk Fakultas Kedokteran di salah satu universitas favorit saat ini setengah Milyar... setengah Milyar, bayangkan... begitulah sangking favoritnya jurusan menjadi dokter itu.

Jadilah dokter, maka kamu akan kaya. Seolah itulah pesan setiap orang tua di Indonesia. Bagaimana tidak kaya, siang bekerja di Rumah Sakit, sore buka praktek, dapat biaya pemeriksaan yang sekedar tul sini tul sana, suntik sono suntik sanu dapat 20-100 ribu perpasien, belum ikatan kerjasama dengan Apotek, belum yang lain-lainnya.

Hm, tidak jelek menjadi dokter, dokter itu mulia. Saya mau bilang itu. Tapi kalau mau jadi dokter nawaitunya untuk bermewah-mewah, sebaiknya jangan deh. Bangsa ini masih cukup prihatin, ada baiknya dokter cukup terima gaji saja, sampingan ini itu diinfakkan untuk biaya berobat orang miskin. Bagaimana? Ya itu si sekedar gendu-gendu rasa. Bukan hanya untuk profesi dokter, siapapun lah, kalau mau niat menyembuhkan orang, ya jangan malah menekan orang itu.

Pak Dokter : Saya suntik ya kamu (sambil mencubleskan suntikan ke bokong pasien)
Pasien : Sakit pak...
Pak Dokter : Rasain saja, ini demi kebaikanmu (sambil tertawa lebar tebahak-bahak)

Obat itu pahit, suntikan itu runcing, proses pemulihan itu menyakitkan, maka berempatilah, jangan tertawa-tawa di atasnya, itu bikin sesak dada.

No comments:

Post a Comment