2/7/12

Tidak Aku Buru-Burui dengan Apapun

Aku lahir dan besar di lingkungan pendidik. Bapakku, Ibuku, Pakdeku sampai bulikku kebanyakan guru. Sepupu-sepupuku, juga pada jadi guru. Aku saja yang nyeleneh, lagaknya kepengin jadi juragan.

Aku juga tumbuh dan besar terbiasa mendidik. Dari jaman baru masuk SD sampai lulus SMP aku terbiasa sinau bareng & nyinaoni adik pertamaku yang umurnya nyaris sebayaan, Si Aan selisih 2 tahun saja. Dari gubug-gubugan, masak-masakan, monopoli, ular tangga sampai cerdas cermat cerdas cermatan, aku punya sekian banyak metode mendidik waktu itu.

Sampai menjelang masuk SMP adik keduaku, Si Ifa yang selisih sepuluh tahun lahir. Metode mendidikku beda lagi, mulai dari jalan-jalan, berpetualang, ngobrol tentang pesantren. Sampai sekarang masuk SMP 8 juga karena pengaruhku, syukurlah bisa juara 1,2,3 paralel terus, dan bukan cuma itu, aktif di organisasi pula, dan bukan cuma itu, kepengin masuk pesantren nanti SMA, tapi kakak yang baik, enggak boleh memaksa.

Lalu, pas masuk SMA, adik ketigaku lahir, Si Yiyi. Nalarnya jalan, otak kanannya aktif, ini anak ngeyelan sekali, tapi nyandakkan dalam memecahkan persoalan. Tidak beda dengan adik-adikku yang lain, kalau diajari nyandakkan, walau beda-beda spesialisasinya, kalau adik pertamaku pinter jualan, keduaku pinter hafalan, ketigaku pinter pecicilan.

Dari semua materi yang aku didikkan, hitung2an, karakter tokoh dunia, peta eropa, yang paling aku tekankan adalah bahasa inggris. iya benar, karena trend ketika dia besar nanti, sudah tidak bisa bicara lokal, bicaranya internasional.

Jadi arahnya kemana ini posting? Menyindir yang punya banyak adik angkat? Atau menyindir yang jadi guru cuma buat cari gaji? Oh tidak tidak tidak, maaf, kali ini aku sedang ogah urusan dengan begituan.

Aku cuma sedang terpikir, kalau ada laki-laki yang mau tunangan dengan perempuan yang perempuan itu mau diajak menginap di rumah kontrakannya (seperti tetanggaku di kompleks), materi seperti apa yang akan dididikkan si perempuan itu bagi anak-anaknya yang notabenenya adalah anak-anak si laki-laki itu juga?

Juga, apa yang akan dididikkan oleh perempuan yang mau diajak telpon2an berlama-lama, berjam-jam, berkali-kali setiap hari untuk urusan yang tidak penting dengan seorang yang bukan siapa-siapanya kepada anak-anakku, bila dia aku peristri dan melahirkan anak-anakku?

Orang-orang mungkin tahunya studyku berantakan, tapi orang-orang dekatku pasti tau kalau aku adalah orang yang sangat serius soal pendidikan. Maka, aku ikhlaskan penantianku untuk tidak aku buru-burui dengan apapun, karena yang sedang aku jemput itu adalah partnerku dalam mendidik anak-anakku nanti...

*Segerakan Ya Allah...


No comments:

Post a Comment