Menurut saya Film Up lebih mengesankan daripada film The Miracle dari segi penggambaran jalan cerita. Si kecil Russel dan Kakek Fredricksen betul-betul harus kehilangan segalanya padahal saat itu mereka sedang berniat menolong Kevin, bukankah itu sebuah niatan yang baik? Russel sudah mengesampingkan lencana impiannya, Fredricksen juga sudah rela menunda perjalanannya ke air terjun Paradise hanya untuk menolong si burung unik Kevin yang sedang terluka menuju sarangnya.
Tapi apa yang terjadi, Kevin ditangkap oleh si pemburu bebuyutannya, rumah Fredricksen juga di bakar oleh si pemburu itu. Russel dan Fredricksen sama-sama bingungnya, harus berbuat apa saat itu.
Mereka sampai pada puncak krisis saat itu, disitulah Russel si anak mama yang sok petualang akhirnya berani terbang dengan balon hidrogen untuk menyelamatkan si burung Kevin. Fredricksen dengan tidak panjang berpikirpun akhirnya membuang perabot yang ada di rumahnya, sampai kursi kesayangannya dan istrinyapun ia tinggalkan untuk memperingan rumahnya agar bisa terbang lagi menyusul Russel menyelamatkan Kevin.
Begitulah, tonton sendiri filmnya. Puncak krisis mereka berdua adalah awal jalan kemenangan mereka. Awal kemenangan kebahagiaan mereka justru pada saat mereka dipaksa keadaan untuk hilang sehilang-hilangnya. Kemenangan yang lebih dari sekedar lencana, lebih dari sekedar rumah di sisi air terjun Paradise. Kemengangan yang pada akhirnya si anak manja Russel akhirnya bisa memanjat tali yang tadinya tidak bisa, kemengangan yang pada akhirnya si kakek mendapat keluarga baru hingga ia tidak kesepian lagi, cucu baru, tidak lain adalah Russel.
Menjelang akhir petualangan mereka ketika rumah terbang Fredrickson harus jatuh ke hutan rimba, Russel berkata kepada Fredrickson, "Maafkan aku atas rumahmu". Lalu Fredrickson menjawab, "Ah, tak apa, itu cuma Rumah kok".
Mengerti kah dengan pesan di dalam kisah ini?
No comments:
Post a Comment