3/3/10

Pada Dasarnya Semua Mencari Keseimbangannya

Musim dingin hadir dan menantikan datangnya musim semi. Musim panas hadir untuk menuju musim gugur. Semua mencari keseimbangannya, pohon dimusim kemarau menyeimbangkan diri dengan menggugurkan daun-daunnya yang orang sebut itu sebagai meranggas.

Orang yang menganggur menjalar kemana-mana untuk bisa bekerja. Orang yang bekerja merindukan sangat waktu untuk beristirahat. Rasa-rasanya tidak ada waktu yang lebih enak, selain waktu “nanti”.

Kelas yang seharusnya diisi pelajaran tetapi kemudian kosong, murid-muridnya mencari keseimbangannya sendiri, masuk ke perpustakaan sebagian, menyerbu kantin sebagiannya lagi dan duduk duduk di depan kelas sisanya.

Maka begitupun orang yang berada di puncak keadaan, tanpa meminta, tanpa mengupayakan, mau tidak mau diapun akan bergeser turun, sepertihalnya orang yang berada di puncak sebuah gunung, kemana lagi si setelah itu selain turun?

Maka kalau diyakini hal itu, berlaku yang sama pula bagi orang yang berada di titik terbawah kehidupannya. Gagal usahanya, dijauhi kerabatnya, secara sengaja atau tidak, mudah atau susah jalannya, maka otomatis kehidupannyapun akan bergeser.

Kekosongan dirinya dari keberhasilan, dari keadaan jauh dari kerabat2nya, otomatis akan terisi oleh sisi kehidupan lainnya. Mungkin dalam bentuk mengalirnya ilmu dengan deras pada dirinya, mungkin dalam bentuk berpihaknya dadu-dadu keberuntungan, mungkin pula dalam bentuk bertumbuhnya kedewasaan dengan melesat.

Jadi, apa yang perlu dikuatirkan? orang yang akan merugikan orang lain dia akan mendapat kerugian yang sama, itu diluar topic kita saat ini. Namun, orang yang dirugikan orang lain akan diseimbangkan oleh kehidupannya, dari arah yang tidak diduga-duga keuntungan akan datang mengisi sisi rugi dirinya. Percayalah, hidup memiliki mekanisme keseimbangannya sendiri.

"...There are people dying, if you care enough for the living, make a better place for you and for me."

No comments:

Post a Comment