Begini, setiap segala sesuatunya itu ada momentumnya. Menulis itu enaknya pagi, membaca itu enaknya malam (bagi segolongan orang), itu misalnya.
Sama, seperti menyebar kording, juga ada momentumnya. Berjualan di lapak, juga ada momentumnya. Nah, jangan terjebak akan adanya momentum ini, misalnya, ketika kita melihat seseorang begitu hebat bisa menjajakan dagangan dengan peluh keringat, lalu mengatakan "wah, hebat ya dia".
Tunggu dulu, kalau motif mengatakan hebat itu untuk menyampaikan sanjungan dan ungkapan menghargai, okelah, bolehlah.
Tapi, kalau motifnya yang kedua ini, sebaiknya jangan deh, tidak usahlah mengatakan hebat-hebatan. Ya, motif yang saya maksud adalah mengatakan orang lain hebat sembari menjudge bahwa diri kita tidak hebat "wah, dia bisa ya, nggak kayak aku..", begitu misalnya.
Sebelum berpikir destruktif yang merugikan diri sendiri macam itu, coba telisik lebih dalam. Dia bisa seperti itu dan dianggap hebat, karena dia sedang dalam momentumnya, momentum dalam mengerjakan itu. Sedangkan momentum kita saat ini beda.
Bisa jadi momentum kita untuk mengerjakan itu sudah lewat tanpa menyadarinya dulu. Sederhana saja, misalnya menjualkan produk, dia bisa begitu laku keras karena moment menjual baginya adalah sekarang, pas dia baru mengenal dunia entrepreneur, pas belum lama mempelajari dunia motivasi.
Sedangkan kita, momentumnya sudah beda, sudah pada tahap charging motivasi, kembangkan ini, atau memahami itu yang jauh di depan momentum dia. Pertanyaannya, dimana kita pada saat momentum macam orang itu menghampiri kita dulu? Kita lagi tidur2an dan malas2an.
Dan itu tidak terlalu penting, dibanding pertanyaan ini, kalau hari ini kita masih pandai menggerutui nasib diri : Kita sedang di momentum apa saat ini? Hayo buruan dikerjakan, jangan sampai kelewat lagi.
Betul?
Mudah-mudahan bisa difahami.
No comments:
Post a Comment