12/26/09

Percakapan Bill Gates

Terhenyak mendengar percakapan tokoh besar dunia dan seorang yang telah berhasil membesarkannya, yakni gurunya. Waktu itu Bill Gates belum menjadi orang terkaya di dunia, dia masih duduk di bangku kuliah, memutuskan keluar dan mengejar idealismenya.

Hohoho, sayang disayang, bertahun-tahun berlalu, dia cuma dianggap anak konyol yang sedang sibuk "bermain-main", disaat yang lain sudah berstrata atau berhasil mendapat pekerjaan, tentunya jodoh dan penghidupan yang dipandang orang. "Ini kenapa ini? Ini ada apa ini?", begitu pikir si Bill.

Mungkin memang idealisme terlalu mahal, mungkin idealisme memang letaknya hanya di dunia dongeng para motivator yang turun bak dewa-dewa dari kahyangan. Atau mungkin-mungkin lainnya mungkin...

Sampai akhirnya ilmu yang dia miliki menjaga langkahnya, terarah langkah sang kaki kehadapan gurunya, guru kehidupan yang luar biasa, dan berdialoglah membahas ini "Ada apa ini? Kenapa ini?" Begitulah kira-kira.

"Bill, semua itu butuh proses..", itu kata sang guru. Lalu Bill pun membalas ungkapan sang guru tadi, "Jadi saya nggak salah langkah ya Gur?", Bill melanjutkan "Tapi kenapa yang lain berhasil dengan kehidupannya sementara saya gini-gini aja, apa saya bukan salah langkah, tapi salah kecepatan?". "Tidak juga Bill", jawab sang guru.

"Lalu salah saya apa dong Gur?", Bill mencoba mencari pencerahan, "Salahmu adalah kamu terlalu hebat". Plis deh, dengan wajah bingung setengah bengong Bill menimpali "Maksudnya Gur?", "Jelaskan dong Gur!"...

"Bill, mereka kamu lihat berhasil, dan mungkin memang sudah berhasil, itu karena ukuran keberhasilan mereka ya cuma begitu, cuma segitu", jelas sang Guru. "So?", Bill belum mudheng. "Apakah kamu pikir, karena mereka sudah berhasil menurut ukuran mereka, lantas mereka lebih bahagia ketimbang kebahagiaanmu sekarang yang kamu nilai belum berhasil?", Gur melanjutkan penjelasannya.

"Bill, kebahagiaan tidak sesederhana itu bisa dicapai, ingat kebutuhan itu ada lima, mungkin banyak diantara mereka yang dengan kecerdasan hatinya mampu merasakan kebahagiaan dengan cara yang sangat sederhana. Tapi, berapa banyak dari mereka yang hanya mengejar sesuatu yang terlihat saja, sehingga sekalipun tampak sudah mencapai banyak hal tetapi sesungguhnya dia iri dengan kehidupan sepertimu?"

Biarpun nggak mudheng, tetap saja Bill sok antusias mendengarkan, sambil mencoba memudhengkan diri.

Resapi, pahami. Kalau sudah ngeresep, kalau sudah paham, boleh melanjutkan membacanya.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment