8/14/12

#25 Ramadhan : Bermindset Masjid

Keahlian andalan yang dimiliki oleh sebagian besar diantara kita kan menyepelekan kemampuan kebisaan Tuhan berbuat. Pokoknya kalau pagi nggak pegang uang artinya mustahil siang bisa makan enak. Kalau pendidikan enggak punya artinya mustahil bisa sukses.

Itu sama saja tidak mengucapkan Allah Maha Besar, karena yang kita yakini, se-Maha Besar Maha Besarnya Tuhan masih kalah kok oleh mekanisme kehidupan. Jadi ingat, ada 1 dari 7 golongan yang nanti diijinkan melenggang masuk surga : pemuda yang hatinya tertambat pada masjid.

Apakah artinya ini? Apa para sales yang kalau siang2 nyolong waktu selonjoran tidur-tiduran di masjid biar dikira sedang cari nasabah? Atau marbot masjid yang ngambil sripilan sebagai tukang parkir jamaah? atau sepasang muda-mudi yang janjian kencan/pacaran ketemuannya di masjid sebelah kosan?

Masjid akan sempit kalau hanya diartikan sebagai sebuah benda. Tapi masjid disini adalah orientasi, istilahnya 'Bermindset Masjid'. Apa maksudnya bermindset masjid? Begini, kalau sedang bisnis, diancam oleh klien akan diputus kontraknya kalau kita telat memenuhi kewajiban, sementara kita sudah berusaha sebisa-bisanya agar tidak telat tapi tetap telat. Apa yang terjadi?

Orang yang tidak bermindset masjid maka akan panik, waduh hancur ini guwe bakal ditinggal klien bisnis. Rusak reputasiku. Bla bla bla... Tapi, bagaimana dengan cara berpikir orang yang bermindset masjid: Kalau sudah berusaha sesbisa-bisa, sudah memohon belum dikasih petunjuk dari Allah untuk ikhtiar apalagi, ya sudah tawakal, mungkin memang reputasi akan rusak, hubungan bisnis akan hancur, tapi mudah bagi Allah untuk membuat perbuatan yang tiba-tiba rukun kembali, nyambung kembali, dengan entah tidak tahu bagaimana Dia punya cara.

Pemuda yang hatinya senantiasa tertaut pada masjid, dia punya mindset masjid. Dan pastinya tidak ada panggilan yang lebih diprioritaskan ketimbang panggilan dari masjid : Adzan.

Pelan-pelan kita belajar.



No comments:

Post a Comment