8/1/12

Vertikal Akses


Kenapa seseorang atau suatu komunitas miskin? Kemiskinan terjadi karena tersumbatnya akses. Ada akses teknologi, akses modal, akses pasar. Ada akses pendampingan, akses kolaborasi dan akses pengembangan. Ada akses vertikal, akses horizontal dan akses diagonal.

Terlalu luas membahas ini sebetulnya. Sepotong dulu saja disini ya, ibarat seporsi soto, ya ini kecambahnya dulu yang kita bahas. Akses horizontal sudah aku bangun sedemikian rupa, sampai gubuk yang lebih mirip kandang ayam yang dikenal orang sebagai L22 masih bertahan sampai hari ini. Ya, akses horizontal adalah mastermind. Aku, Hilmy dan anak-anak L22 adalah mastermind. Satu visi, satu etos, satu aktivitas.

Akses horizontal saja tidak cukup untuk mencapai keberhasilan dalam waktu cepat. Cepat itu maksudnya adalah satu generasi, tidak harus seperti Djarum atau Sampoerna yang bergenerasi-generasi untuk besar. Yang diperlukan berikutnya adalah akses vertikal.

Apa itu akses vertikal? Contoh kasus adalah pengusaha sukses dari Sumut, Rahmat Syah namanya, dia mengusahakan akses vertikal ke Surya Paloh. Kemudian Sandiaga Uno saat masih ider proposal, dia mengakses figur vertikal Dahlan Iskan.

Atau juga billgates yang mengakses IBM waktu itu. Yah, selama kita belum dilirik oleh figur2 besar yang sudah seatle berdiri vertikal di atas kita, kita masih perlu mempertanyakan apakah yang sedang kita kerjakan ini bermutu atau tidak. Karena itulah akses vertikal penting.

Namun bayangkan, ketika kita bisa memperkenalkan project atau aktivitas atau misi kita kepada tokoh tertentu, dan dia tertarik. Apa yang terjadi?

Pertama : kita mendapati informasi bahwa project kita memang bagus
Kedua : kita bisa mendapatkan support untuk percepatan keberhasilan kita

Kalau tidak ada tokoh besar yang tertarik? bisa jadi, kita salah mengkomunikasikan. Atau, kita kepedean project kita bagus, padahal sebetulnya project yang tidak menjanjikan.

Kira-kira begitu.

Lalu, apakah akses diagonal? Ouh, itu nanti, bukan buat bulan ini, tunggu kita lincah bermain di pasar dulu yak.

No comments:

Post a Comment