9/11/09

3 Tahap Renaisans Indonesia

Pertama adalah membangun Optimisme Massal
Salah satunya dengan menyebarkan visur-visur motivasi, sekalipun dikritik hanya ber-efek 7 hari, sudah, tutup kuping saja. Itulah sifat dimensi emosi kita, yang penting perulangan harus selalu dan harus dilakukan. SDTC punya peranan besar dalam mengupayakan ini. Yang perlu digaris bawahi (maaf disini saya belum nemu fasilitas undirline...) adalah kata "Massal", inilah bedanya dengan sekedar membangun optimisme saja.

Dimana bedanya, bedanya kita harus terstruktur, poresional, tidak cukup hanya berbagi seikhlasnya, pas ada waktu luang doang, atau sekedar memberi yang gratis-gratis. Harus ada program yang memang dijalankan dengan strategi untuk menjadi besar, sehingga jumlah orang yang terbangun optimismenya betul-betul besar dan menggemparkan

Kedua adalah membangun Kepemimpinan Massal
Kepemimpinan yang mengurus bangsa ini saat ini belumlah mandiri, masih dimandori oleh pihak asing, sebuah kekuatan yang bukan hanya mengintervensi, tetapi betul-betul mencengkeram kuat. Itulah kenapa logo Hypermart mengalahkan "warung kelontomh mamieh", KFC mengalahkan "pecel madiun". Mana ada "mendoan Purwokerto", "tahu slawi" yang balihonya sebesar starbuck dan McDonald di mal-mal terbesar negeri kita.

Pemimpin-pemimpin kita harus ditumbangkan, diganti generasinya menjadi pemimpin yang  mengerti bahwa dia adalah mandat rakyat, bukan mandat Bank Dunia atau ADB atau Australia. Ini sulit, tapi inilah ujian pembangunan optimisme kita, oleh karena itu proses ini dijalankan sembari proses pertama masih tetap dijalankan.

Kita harus menyadari bahwa mengubah para pemimpin kita yang sudah menjadi pejabat itu adalah hal yang lebih dari sekedar sulit. Oleh karena itu, kita harus menciptakan orang-orang biasa, generasi muda, setiap elemen rakyat menjadi pemimpin bagi lingkup mereka sendiri, sehingga kepemimpinan dijiwai secara massal, baik oleh pejabat maupun yang bukan pejabat.

Ketiga adalah membangun Pendidikan Massal
Kita tak perlu mengimpor guru, ada Yohanes Surya, ada Onno W Pubo, ada Kak Seto Mulyadi, ada Dedy Mizwar, ada Habibie, ada banyak sekali orang-orang expert yang siap menjadi guru bangsa tanpa menuntut imbalan uang dan fasilitas.

Orang-orang terbaik yang diakui dunia ada di sini. Dan kita harus tahu, Indonesia merupakan salah satu negara termaju dalam luasnya jangkauan pembangunan jaringan internet, terutama Wi-fi Access. Maka pendidikan massal yang bukan hanya sekedar menuntut materi, tetapi pendidikan yang mengantarkan anak-anak didiknya menemukan kesenangannya, memberikan keleluasan mencurahkan inspirasinya, membangkitkan mereka untuk berani berimajinasi, bermimpi besar, akan membuat renaisans Indonesia seperti kebangkitan Eropa atau restorasi Indonesia seperti kebangkitan Jepang. Syaratnya, massal, tidak cukup dengan seminar-seminar pendidikan lokal, harus terstruktur, harus terencana, sekalipun mahal.

Ketiganya tidak harus dilakukan berurutan, tetapi lakukanlah bersama-sama. Nanti pada saatnya, pendidikan yang baik akan melahirkan kepemimpinan yang luhur, kepemimpinan yang luhur akan melahirkan optimisme yang terpelihara. Bangkit Indonesia!!! Saya akan bukan hanya sekedar nulis...(dari dulu juga sebetulnya kita sudah bergerak).

No comments:

Post a Comment