Saya sudah lupa malah, saya pernah berdebat dengan seorang aktivis kampus ilmu sosial dan ilmu politik. Mas Firdaus namanya, seorang yang pertama saya kenal saat saya mengurus ijin penempelan Koran Dinding Semangat Donk di papan Mading Fakultas dan Jurusan yang bergedung di sisi utara Jalan Kampus ini.
Sapaan Mas, karena memang dia jauh lebih tua dari saya. Sebelumnya saya ingin berterima kasih atas banyak pelajaran darinya, diantaranya yang masih berkesan dan bermanfaat bagi saya ada dua :
Katanya, pertama : Menulislah, karena menulis itu memacu kita untuk berpikir dengan lebih sistematis.
Kedua : Kalau mengkritik orang, itu pada konsepnya, pada gagasannya, bukan pada individu pribadi orangnya.
Dari Bunda Nuniek saya diberitahu ada postingan baru di blognya, tentang ESQ :
http://mengintip-dunia.blogspot.com/2009/08/esq-training-dan-spirit-neoliberalisme.html
boleh saya berkomentar? Ya boleh lah, orang ini halaman blog juga halaman blog saya sendiri. Judul yang menggelitik, dan setelah ditelisik serta dicermati paragraf demi paragraf maka saya dan kita pasti sepakat bahwa ini tulisan yang menarik.
Kenapa menarik? Karena hampir tidak ada kesalahan penulisan ejaan. Secara tata bahasa sangat tertata rapi. Sistematikanya sesuai dengan kaidah. Kutipannya valid karena memang persis seperti aslinya. Serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
Lalu bagaimana pandangan terhadap isi tulisan itu sendiri? Dalam konteks mendukung gagasan utama tulisan ini, isi tulisan sangatlah apik. Gagasan diusung dengan data, fakta dan argumentasi yang tidak remeh.
Namun yang fundamental adalah, dalam konteks tulisan yang obyektif, yang menilai sebutir berlian (intan) dari setiap sisinya dengan cermat saya menilai dan saya meyakini penilaian saya adalah benar, bahwa tulisan ini dangkal.
Bahkan cenderung ke arah justifikasi. Ini bukan tuduhan, silahkan pembaca bisa mengkorelasikan dengan tipe-tipe tulisan dalam blog ini yang sebelum-sebelumnya. ESQ sebagai obyek tulisan dalam hal ini tidak bisa dinilai dari satu sudut saja, sudut yang membenarkan argumen yang diangkat penulisnya.
Obyek tulisan harus dicermati dan dinilai dalam konteks utuh, dari sebanyak mungkin sisinya. Dari pengamatan yang luas, utuh, maka tulisan tentang obyek tersebut menjadi proporsional.
Tentu tidak perlu saya pamerkan berapa banyak tulisan semacam ini dan bacaan yang saya baca, tetapi sebuah tulisan dapat diterima bukan karena merujuk pada data empirik dan berdaftar pustaka.
Tetapi tulisan itu mengangkat pandangan, walau nantinya mengerucut pada satu gagasan tertentu, tetaplah tulisan itu berakar pada aspek fundamental obyek tulisan.
Karena itu, saya menantikan penulis artikel membuat satu tulisan yang lebih substansi. Minimal bisa membantah argumen saya terhadap tulisan itu "bahwa tulisan itu hanya mengumpulkan serakan data empirik dan argumentasi yang mendukung gagasan yang dicoba diangkat oleh penulisnya dan mengaburkan serta mengabaikan aspek-aspek lainnya secara menyeluruh."
"bahwa tulisan itu hanya mengumpulkan serakan data empirik dan argumentasi yang mendukung gagasan yang dicoba diangkat oleh penulisnya dan mengaburkan serta mengabaikan aspek-aspek lainnya secara menyeluruh", hal semacam ini juga dikritik oleh karl r. popper yang cenderung ditemukan pada cara pengambilan kesimpulan secara verifikatif.
ReplyDeleteepistemologi modern dengan verifikasinya dikritik habis-habisan oleh popper dengan logika falsifikasi. ia sebut logika verifikasi mengidap sebagai pseudo-science.
silahkan baca selengkapnya http://www.scribd.com/doc/16646708/Karl-Raimund-Popper, dengan saya share semacam ini, sekurang-kurangnya ada pihak lain yang akan mengontrol agar verifikasi yang saya lakukan tidak terlalu gegabah.
wah, saya kurang paham maksud komentar panjenengan... kalo berkenan, coba terangkan dalam bentuk lain mas... kalo saya mudeng tentu ini jadi tambahan ilmu buat saya
ReplyDelete