"Maka kritik yang seharusnya muncul dari masyarakat kritik ini adalah “kritik membangun yang mempertanyakan mengenai penyelewengan manusia atas diri pribadinya”, dan bersedia menyerahkan hak miliknya yang mutlak itu kepada orang lain dengan dalih mempertahankan eksistensinya di dunia sebagai makhluk yang hidup-padahal sebenarnya manusia yang hak miliknya telah dirampas itu lebih menyedihkan daripada kematian yang pula niscaya bagi setiap orang. Manusia itupun, jika hidup, hanyalah sebagai benda mati. Karena ia tidak mampu lagi berkehendak. Apa yang ia lakukan merupakan kehendak orang lain." Dewi Ramadhina.
Sampai sejauh ini perjalanan yang saya tempuh, masih tetap idealisme saya. Tidak rela saya menukarkan kehendak saya dengan penghasilan tetap, dengan menyerahkan segenap potensi yang saya miliki untuk sebuah institusi apapun, yang hanya memerah saya seperti robot.
Itulah beda definisi zona nyaman menurut saya dan mereka, zona nyaman bukan ketika ada yang menjamin kelangsungan hidup saya hitam di atas putih. Zona nyaman adalah ketika saya bisa mengeksplorasi diri saya, bebas berkehendak.
Memang saya punya tenanga dan otak yang bisa ditukar dengan uang bulanan, tapi saya tidak mau dua hal itu ditukarkan, sementara saya kehilangan tempat untuk satu hal yang lebih besar dari keduanya : Imajinasi.
Masih nyaman di dalam zona nyaman, itulah kesuksesan saya hingga hari ini.
No comments:
Post a Comment