Persis di samping stan Pisang Ijo yang kami buka di Owabong ada satu wahana keren dengan HTM 10.000, Trampolin Raksasa namanya. Karena kita sudah terlanjut akrab, maka nggak perlu bayar untuk masuk ke wahana itu.
Namanya juga trampolin, ya di dalam wahana kita lompat-lompat adanya, mumbul-mumbul istilahnya. Wah, asyik ngobrol dengan mas petugas tiket yang ternyata juga ta'mir masjid di dekat Owabong. "Mas, liat si gampang, weh, tapi kalo nyobain...", dan bla bla bla, panjang percakapannya.
Mas itu juga bercerita bahwa butuh waktu seminggu, dengan tiap hari mumbul-mumbul untuk bisa salto seperti mas nya, "jadi kalo pertama-tama ya mumbul-mumbul dulu mas." Cerita lainnya, ada salah seorang karyawan yang mengalami kegemukan, terus setiap hari main di trampolin raksasa itu, dan akhirnya berat badannya susut.
Yah, sedikitnya ada tiga pelajaran setelah saya ngobrol-ngobrol dan mencoba sendiri enaknya mumbul-mumbul, loncat-loncat lebih tinggi. Pertama : Kalau baru awal, siap-siap saja pegel-pegel dan badan ngrememeh, tapi kalu sudah beberapa kali bahkan sering, malah kalau nggak loncat-loncat badan kita jadi pegel, ini seperti hukum kebiasaan (habbit).
Kedua : Kalau baru awal, jangan maksain diri salto atau atraksi keren lainnya, sadarlah, semua butuh proses, mbok malah keseleo repot jadinya. Semuanya bertahap, rasakan feelnya dan asalkan istiqomah (konsisten) tiap hari juga akhirnya bisa trampil salto-salto tinggi-tinggi juga.
Ketiga : Manfaat dari sesuatu yang kita lakukan baru kita rasakan setelah lama, nggak instan, tapi sabar saja, asal rutin, pasti pada saatnya nanti manfaat akan kita tuai.
Dan pelajaran tambahannya : Pedekate lah dengan penjaha wahana, biar bisa masuk gratis, berulang-ulang...
No comments:
Post a Comment