9/9/09

Jangan terlalu Kuatirkan Celaan

Shock, jelaslah. Begitulah kalau kita disalahkan, apalagi untuk ukuran orang seperti saya ini yang memiliki "delay switch" terlalu bagus makanya reaktif pisaan... Tapi, kalau dipikir, direnungkan dan dibiarkan berlalu beberapa saat, shock itu tiba-tiba pudar dengan sendirinya.

Al kisah pada jaman dahulu kala ketika saya masih berseragam putih biru, saya punya seorang sepupu yang sudah SMA, seorang primadona, di akademik selalu juara, begitu juga di olahraga... perfect nian nih orang, begitu pikir banyak orang mungkin. Yah, sepupu saya gitu...

Ceritanya pada waktu itu dia berbuat satu kesalahan, mbolos apa yah.. wualah, begitu kabar itu sampai ke telinga ibundanya yang tidak lain adalah bude saya, maka dimarahilah si pria perfect itu. Setelah durasi marah-marah habis, barulah dengan relaks tanpa membangkang sepupu saya komentar, "lah, aku biasanya dapat nilai bagus, mbolos sehari aja dimarahin. Lah tuh si Tono (bukan nama sebenarnya) yang biasa nongkrong-nongkrong, baru dapet nilai 7 sekali dipuji-puji minta ampun".

Haha, ceritanya si sepupu saya ni protes, kemana prestasi dia selama ini, seolah ludes semua gara-gara satu kesalahan. Padahal tetangganya yang nggak jelas, baru rajin sehari saja dielu-elukan dengan pujian dengan begitu mendayu-dayu.

Begitulah, hati-hati dengan pujian dan jangan terlalu kuwatir dengan celaan. Bisa jadi kita dicela, bukan karena kita berbuat terlalu parah, tetapi karena orang itu begitu kecewa pada kita yang sebelumnya dipandang istimewa, eh menurun sedikit keistimewaan kita. Berarti kita istimewa kan...

Begitu juga hati-hati dengan pujian, bisa jadi kita dipuji bukan karena prestasi kita memang luar biasa. Tetapi karena memang selama ini tidak pernah menelurkan prestasi dan sekali-kalinya tumbenan menelurkan prestasi. Berarti kita ... ah, sebut saja sendiri.

Ambil hikmahnya sendiri-sendiri ya... Salam Semangat!

No comments:

Post a Comment