9/14/09

Energi Syukur

Julurkan kedua tangan di depan kita, sejajar dengan muka. Lalu perhatikan tangan kanan baik-baik? Apa yang terjadi dengan penglihatan kita terhadap tangan kiri? menjadi tidak jelas?

Tetap julurkan dengan posisi yang sama, pindah pandangan, fokuskan ke kiri baik-baik. Apa yang terjadi dengan penglihatan kita terhadap tangan kanan? menjadi kabur? Iya, betul sekali.

Kekuatan fokus kita tidak bisa dibagi dua, demikian juga bila dihadapan kita ada dua hal yang bisa kita tatap. Keluhan dan rasa syukur. Dulu, saya sering berdoa agar saya diberi keleluasaan untuk mengakses internet dan mendapat pengetahuan cara untuk semakin mengoptimalkan penggunaannya. Dulu sangat ingin sekali, tetapi saat ini, setelah itu tercapai, setelah untuk mengakses internet tidak perlu membayar di warnet, setelah menemukan banyak guru-guru di dunia maya dan segudang pengetahuan baru yang meningkatkan kemampuan saya untuk memanfaatkan kegunaan internet, muncul keinginan baru lagi.

Saya ingin ngaji, ingin menemukan majelis ilmu yang mengoptimalkan wawasan keislaman saya, menjadi muslim yang bukan sekedar abangan, menjadi generasi muslim yang rabbani. Ada dua pilihan fokus saya, pertama mensyukuri bahwa doa saya tentang internet sudah terkabul, atau kedua, mengeluh karena saya belum rajin ngaji karena belum menemukan majelis ilmu yang seperti saya idam-idamkan.

Lagi-lagi, janji Allah untuk orang yang bersyukur adalah akan mendapat tambahan nikmat, tetapi untuk orang yang mengeluh, bisa-bisa malah meneria azab. Bisa jadi kalau majelis ilmu yang saya dambakan adalah nikmat bagi saya, kenapa itu tidak kunjung tercapai adalah karena saya lebih fokus pada mengeluh karena belum menemukannya, disaat yang sama, karena fokus saya tidak bisa mendua, maka sayapun lupa bersyukur, sehingga energi syukur tidak bisa saya peroleh.

Belajar untuk bersyukur, dengan syukur yang lebih sempurna maka akan semakin kuat energi syukur yang saya dapatkan. Memang, lelah mengeluh, "hah, saya belum bisa ini ya..." atau " hah, saya kok gini ya", bandingkan dengan "Syukur banget sekarang saya gini", atau "Alhamdulillah, kalau ini dioptimalkan juga nantinya akan...".

Bagi orang yang bermadzhab otak kanan seperti saya, tentu tidak sulit untuk memahami, bahwa bersyukur itu tidak perlu menunggu suatu pencapaian besar tercapai dulu (karena pencapaian manusia selalu saja bertambah kalau yang lama sudah tercapai), tetapi dengan bersyukur, bisa jadi pencapaian yang kita inginkan hari ini akan tercapai sebagai bentuk tambahan nikmat dari Allah".

No comments:

Post a Comment