Lalu, apa solusinya? Beberapa orang membiarkan masa-masa membosankan, suntuk dan blank untuk berlalu dengan sendirinya. Namun, sebagian lagi orang berusaha mencari cara mempercepat berlalunya masa-masa itu. Ada banyak cara untuk tidak berlama-lama berkubang dalam kondisi tidak mengenakkan semacam itu, setiap orang bisa merabanya sendiri, mencobanya sendiri dan menuai hasilnya sendiri. Ini salah satu caranya : Memanjakan diri sendiri.
Bercengkeramalah dengan diri sendiri
Menyendirilah, berdialoglah dengan diri sendiri, dengarkan jangan menyela. Dengarkan sememuakkan apapun yang diri anda sendiri ucapkan, cari tahu dari percakapan itu, gali, gali dan gali, apa sesungguhnya yang diri anda sendiri rasakan, yang diinginkan dan segala sesuatunya.
Berlama-lamalah dalam kesendirian itu, meminta maaflah pada diri anda sendiri yang selama ini anda cueki, yang selama ini anda kesampingkan, yang selama ini anda terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu mendengarkannya, me "ngewulani" nya. Turutilah yang ia mau, sepanjang hal itu baik, agar ia senang.
Bukankah kue teristimewa terbikin ketika seseorang memasaknya dengan senang hati? Bukankah begitu setiap hal isitmewa terjadi? Based on "rasa senang".
Ciptakan prestasi kecil
Maka, bersekongkollah dengan diri anda sendiri, rencanakan sebuah rencana kecil, yang disitu mungkin anda dan diri anda sendiri bisa meraih sebuah keberhasilan. Entah, mungkin dengan membuat sebuah nilai yang bagus di kelas, mungkin dengan mencoba menjual sesuatu dan menghabiskannya dalam sehari atau apapun yang bisa membuat senang.
Sebetulnya ada cara yang paling mudah, yaitu dengan menyedekahkan sesuatu yang anda nilai berharga saat itu, bukankah sedekah adalah sebuah prestasi?
Prestasi kecil akan mengubah konsep diri anda secara drastis, dari yang sumpek, dari yang futur, menjadi tersenyum, menjadi longgar, menjadi menggairahkan.
Hm, susah membayangkan ya? Kalau begitu coba saja dulu.
Tidak berhenti membaca (baca : memahami)
Lalu, tetaplah tersenyum, sambil terus membaca, membaca bukan dalam artian memandangi buku, tetapi memahami banyak hal baru, tidak harus hal baru yang besar, hal baru yang kecil, dalam proses pencarian cara anda untuk meningkatkan kebahagaiaan akan sangat berarti, sangat berarti.
Maka dengan tiba-tiba prestasi besar terjadi
Dan tiba-tiba anda terheran, sebuah prestasi yang tidak anda sangka-sangka terjadi. Apa itu? ya coba saja sendiri. Tidak percaya? ya sudah.
Oke, selamat bermanja-manja dengan diri sendiri, diri anda sendiripun butuh anda perhatikan, dengarkan, turuti dan diajak bersama membuat prestasi. Mulai dari prestasi kecil. Hm, bukankah begitu banyak prestasi besar yang lahir justru dari saat krisis, saat vakum, saat terpuruk?
Mungkin krisis anda hari ini, kevakuman anda hari ini, keterpurukan anda hari ini adalah tempat akan lahirnya prestasi besar anda. Dan terakhir : Kata Pa Ary di ToT (Training of Trainer) angkatan 18 kemarin : "Gambate!!!"
(mengingatkan)
ReplyDelete"Sibuk boleh, tapi kudu produktif" dulu saya seperti itu. saking terlalu "sok sibuk ini itu" semua justru jadi terbengkelai. timpang.
pergaulan kuliah misalnya. sebelum facebook ngeboom dan friendster tidak terlalu digemari teman2 saya, rasanya sangat tidak mungkin terjalin hub.personal yang apik.
membaca salah satu novel yang berkisah sahabat sejati, lalu ada diskusi sastra hysteria berkait novel tersebut saja saya sulit menggambarkan seperti apa sahabat sejati dalam ukuran yang setepat-tepatnya.
orang-orang sepertiku makan seperti tak dikunyah, bernafas seperti diburu-buru janji, berjalan seperti harus segera sampai pada kata "selesai". begitu seterusnya hingga jaring sosial, dan tentu saja 'mrembet' jadi sense of social-saya menjadi kurang. kata teman (semacam paradoks.) "kalau sudah di jakarta, lihat pengemis bukannya kasihan tapi ingin nendang".
Hingga, jadilah manusia yang sombong yang menganggap dirinya selalu mampu tanpa siap siapa
naudzubillah...
life without friendship is worthless
ReplyDeleteterima kasih sudah mengingatkan untuk tidak terlanjur menjadi workaholic