Bolehlah kita merasa punya umur panjang, karena kita bercermin pada veteran yang panjang umur sampai 70 tahun, pada pensiunan petani yang bertahan sampai 90 tahun, atau pada nenek-nenek yang begitu pandai menjaga kesehatan hingga umurnya menembus 100 tahun.
Tapi, pernahkah membayangkan bagaimana kita ketika umur segitu? Kalau belum, mari kita bayangkan bersama-sama. Berapa teman kita saat itu? topik apa yang lebih sering dibahas selain keluar masuk rumah sakit? Apakah anak-anak kecil kita yang lucu-lucu masih membersamai kita? Kemana rute lari pagi kita, siapa yang menemani?
Baik, selanjutnya kita bayangkan umur kita lebih rendah lagi, 30 tahun. Masih bisakah kita karaokean, sementara anak istri dirumah belum dapat setoran untuk masak dan jajan? Masih bisakah kita berkomunitas sementara angsuran rumah dan perabotnya belum tahu akan ketutup darimana? Masih bisakah kita malas-malasan sementara tetangga sebelah kanan sudah jadi dai dan tetangga sebelah kiri sudah naik jabatan?
Umur bolehlah kita merasa masih panjang, tapi siapa yang bisa membantah kalau masa muda kita itu tinggal sedikit lagi? Berapa tahun lagi coba? Yah, sebab terkuat kenapa orang malas-malasan adalah karena memandang kehidupannya akan se-enjoy ini, akan se-nyaman ini, akan se-longgar ini selamanya. Padalah, apakah begitu?
Tidak, sekali-kali tidak. Tahukah, masa muda itu identik dengan "peluang dan tantangan", tapi masa tua itu identik dengan "keamanan". Kapan saat pergantian dari peluang dan tantangan menjadi keamanan itu tiba? sudah siapkah kita masuk ke zona keamanan yang begitu terbatasi? atau kita lebih memilih memperkaya diri kita dengan ilmu dan materi agar sekalipun uur fisik kita sudah tua tetapi kita masih bisa tetap identik dengan "peluang dan tantangan?".
Teman, di usia muda memang serba longgar, tapi kita tidak muda terus kan? Efektifkan hari-hari kita, dengan time planner & to do list. Chao...
No comments:
Post a Comment