1/11/10

Qadli Dzaqa

Saya pernah menonton sebuah film, lupa judulnya, ya yang saya ingat di film itu digambarkan ada seorang wali yang sedang bertapa di pinggir sungai, menjaga tongkat selama bertahun-tahun.

Hm, itukah bagian dari deislamisasi yang dilakukan oleh penjajah dan antek-anteknya yang duduk di pemerintahan waktu itu. Tidak usah pakai data empirik, pakai logika sederhana saja, semisal betul para wali adalah orang-orang yang memiliki kekuatan sihir yang suka memamerkan sihir-sihirnya, para wali adalah orang-orang pertapa yang tidak pernah menjalankan sholat dan mengesampingkan syariat, apa bisa mendapat pengikut begitu luas seantero Jawa bahkan hingga luar Jawa?

Hukum penyebaran ilmu masih berlaku sampai sekarang, bahwa orang akan cenderung meniru apa yang mereka lihat, ketimbang apa yang mereka dengar. Bahwa orang lebih mengikuti keteladanan ketimbang nasehat-nasehat cerewet.

Bahkan dari sebuah sumber disebutkan Kalijaga berasal dari kosakata arab Qadli Dzaqa. Jadi, janganlah mengkeramatkan leluhur kita apalagi dengan persepsi miring yang menyedihkan. Kalaupun makamnya banyak diziarahi, jangan dijustifikasi semua peziarah adalah orang yang tidak tahu agama, berapa banyak dari mereka yang betul-betul kesana untuk mendoakan dan untuk tadzabur diri. Apa iya ada tingkatan alim diatas penghinaan terhadap orang lain yang tidak jelas pula dasarnya.

Seharusnya, kalau memang kita merasa diri kita lebih alim dari mereka, kita harusnya belajar lebih, memikirkan bagaimana kok bisa strategi dakwah mereka begitu efektif, diikuti begitu banyak orang, bahkan masih bertahan hingga 5 abad lamanya, waktu yang begitu lama bila dibandingkan dakwah di Spanyol yang kini Islam hanya menjadi minoritas disana.

Jangan sok suci kalau masih begitu mudah termakan strategi deislamisasi. Tidak dengan hipnotis, apalagi sihir orang-orang bisa begitu luas mendapat pengaruh mereka, yang paling memungkinkan adalah, karena "keteladanan". Dengan keteladananlah sebuah nilai terduplikasi begitu masif, nah pertanyaan selanjutnya, apa saja yang mereka teladankan yang mungkin bisa kita tiru dan sempurnakan saat ini?

Setingggi apapun pengetahuan kita, tetap rendah hatilah agar diri kita ini terdorong untuk mau sungguh-sungguh menggali dan mengkaji nilai-nilai yang tersimpan indah dalam guratan pena sejarah.

No comments:

Post a Comment