Apa pegangan orang biasa? pegangan orang biasa adalah status. Dengan status, penghidupannya terjamin, masa depan (usia pensiun) nya terback-up, kehormatan dirinya didalam stuktur masyarakat terakui.
Namun, sesungguhnya ada pegangan yang lebih kuat ketimbang status yang disandang akibat jabatan, pegangan yang lebih kuat itu bernama skill.
Seseorang tanpa jabatan, tetapi punya skill menukang yang baik akan dihargai mahal perjamnya, yang kalau diakumulasi perbulan lebih tinggi dari gaji PNS eselon bawah. Apalagi kalau orang berskill menukang kayu itu ada di luar negeri (carpenter). Bahkan orang berskill membetulkan ledeng bisa membuat games fenomenal "super mario" yang dikenal dimana-mana.
"Milikilah skill", itu pesan Pa Fahrur, Matematika Dahsyat". Orang yang memiliki skill lebih kuat eksistensi dirinya ketimbang orang yang hanya memiliki status (jabatan). Seperti Wisnu Nugroho, wartawan kompas yang entah sekarang masih jadi wartawan istana atau tidak (masih memiliki "jabatan" atau tidak), tetap saja dia masih terus menampilkan tulisan-tulisan khas dan cerdasnya, hasil olah "skill" menulis yang ia miliki.
Dan diantara begitu banyak skill, apa skill yang paling mahal? Skill yang paling mahal adalah skill menjual. Orang boleh punya produk training terbagus, mesin cetak tercanggih, makanan terlezat, tapi kalau tidak mengusai penjualan, aktualisasi dirinya akibat skill itu akan sangat terbatasi, sangat minimum.
Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak punya skill memproduksi apapun, tetapi dia menguasai skill penjualan, dia bisa mejadi orang luar biasa. Sepeti Aristoteles Onasis, saudagar tembakau yang tidak punya kebun tembakau, atau Bob Sadino, eksportir sayuran tanpa memiliki ladang sayur.
Seperti juga Dahlan Iskan (Orang yang melepas jabatananya di 80 perusahaan yang ia miliki saat ditunjuk Presiden menjadi direktur PLN), dari satu skill "marketing" yang ia asah, 80 perusahaan bisa ia bangun. 80 perusahaan dengan karakterisitik cara "membuat produk" yang berbeda-beda satu sama lain.
Karena itu, beruntunglah orang-orang yang mempunyai kesempatan mengasah skill marketingnya. Bahkan di training-training kemandirian yang diasah pertama adalah kemampuan marketingnya. Ya, skill marketing adalah skill yang mahal. Kalau saat melatihnya susah, bahkan skill menceplok telorpun berlatihnya susah.
Skill apapun awalnya susah berlatihnya. Selamat berlatih.
No comments:
Post a Comment