1/7/10

Sebegitu Mudahnyakah Menjalin Hubungan?

Kalau sedang nongkrong di kedai Martabak, lihat yang berseliweran, lihat yang datang, kebanyakan berpasang-pasangan, muda-mudi dua sejoli yang sudah meretas hubungan dalam wadah bernama "jadian".

Saya jadi teringat facebooknya ambar, yang ketika statusnya diganti "sedang menjalin hubungan", comment mengalir bertubi-tubi (diantara yang comment ada yang jealous n sedih mungkin, :p), pas saya konfirm ke yang bersangkutan cuma bilang "lah emang napa yo mas dengan menjalin hubungan, kok heboh?".

Dan teringat dengan pertanyaannya Ambar di facebook kepada para mahasiswa kost "dimana tempat makan yang murah dan nggak malu-maluin makan sendiri?", ealah, jebul banyak yang malu to kalo makan rames sendiri, lah berarti dari dulu saya nggak tahu malu ya, udah berapa sering saya beli rames sendirian.

Dan jebul berarti, mungkin apa yang pernah dikatakan sepupu saya benar "mahasiswi itu cari tukang ngojek", repot kalau nggak punya pacar, masa ke warung rames sendirian? masa ke fotokopian harus mbecak? haha...

Ya, semuanya "jadian" semuanya "pacaran", pertanyaannya, betulkah cinta yang melandasi hubungan mereka? atau cuma perasaan yang terasa agak indah saja, atau bahkan hanya perasaan "daripada dhewekan kemana-mana?", oh, kasihan sekali yang jadi pacar ya...

Yang saya tahu, jatuh cinta itu tidak mudah, apalagi menjalinkannya. Cinta itu tidak sedangkal perasaan nyaman ketika bersama, perasaan tampan atw cantik atw sekedar lumayan ketika memandang. Karena itulah saya salut pada orang-orang yang menghargai cinta, tidak usah jauh sebut saja Fikry, setahu saya dia sedang jatuh cinta, walau tak tahu dengan siapa (mudah2an kita ga bersaing ya, hehe, becanda2...), tapi dia tidak pacaran, hubungan terdekat yang saya tahu ya dengan mbak tercintanya, cinta dua kakak beradik. Atau Hilmy, bukan karena nasib dia masih jomblo, gadis mana yang sanggup menolak kalau dia nembak, nyatanya tidak. Begitu juga Naim, penampilannya yang sangat dia perhatikan tidak untuk dipersembahkan ke satu orang spesial, semuanya spesial, pejabat dinas spesial, peserta training spesial.

Ya, saya berdoa untuk diri saya sendiri dan berharap untuk semuanya, agar jangan sampai sesuatu keindahan yang kita anggap cinta, yang padahal bukan cinta yang sejatinya, ketika diperturutkan justru akan menutup jalan kita menuju pertemuan dengan cinta yang sejatinya.

Ya, kali ini saya tidak sebut nama, yang jelas dia adalah sahabat saya dua sejoli yang sudah menjalin cinta yang sejatinya dalam jalinan suci bernama pernikahan. Yang saya tahu, mereka tidak pernah pacaran, dan saya baru tahu ternyata diantara mereka berdua telah memiliki kesan-kesan khusus sedari SMA tentang satu sama lain. Inilah yang menurut saya unik, karena setahu saya, pas di SMA, mereka belum menjalin cinta, jangankan "jadian", suka aja mungkin belum.

Itu mungkin yang Afi bilang benih-benih cinta. Ya, saking lembutnya benih cinta, bahkan mungkin kita tidak merasakan bahwa kita itu menyukai dia, kesan-kesan tersimpan begitu dalam di bawah sadar tanpa alam sadar ini merasa. Baru terbuka setelah menikah, oh ya dulu, oh ya dulu... ternyata sebelum rasa terbangun, kesan-kesan sudah terbangun dalam, tanpa kita sadari.

Selemat berjuang merengkuh cinta yang sejatinya, bukan cinta karena kenyamanan semu bersamanya, apalagi cinta untuk nemenin beli rames biar nggak terlihat sendirian.

No comments:

Post a Comment