1/20/10

Mana yang Lebih Berharga, Kita atau Uang?

Terus terang, ini adalah masa sulit bagi saya, bagaimana harus mencapai target dalam kondisi yang bahasa fisikanya disebut "sangat lembam" atau bahasa gaulnya "lebay abiss". Kadang terlintas di pikiran saya, kalau saja ada uang 500 juta, langsung bikin warnet paling bagus di Purwokerto, jaminan, rame!. Kalau saja ada uang 150 juta, langsung bikin toko roti terbaik di kota ini, tidak usah merangkak begini. Kalau saja ada uang 250 juta, langsung bikin pusat percetakan di propinsi ini, mempekerjakan tenaga-tenaga yang bisa saya paksa dengan leluasa, mengumpulkan katalog selengkap mungkin walau dengan biaya mahal. Bahkan kalau saja ada uang 100 juta, langsung bikin pusat pelatihan dan konsultansi yang rutin mengadakan penawaran inhouse dan public training secara profesional.

Ah, itu semua kan kalau saja. Apa iya "kalau saja" itu harus ditunggui dulu. Lalu apa bedanya saya dengan uang, malah arti uang lebih bernilai dari saya sebagai manusia. Hm, apa lantas nantinya saya bisa mengendalikan uang, kalau uang lebih berpengaruh ketimbang saya sendiri.

Berpikir dan terus berpikir, terus bagaimana donk ini. Waktu terbatas, sangat terbatas. Target saya pikir sudah dibuat seminimal mungkin, yang paling realistis untuk pijakan awal. Tetapi ya begini adanya. Yang bisa saya lakukan hari ini cuma mengetik note ini, mengeprintkan surat yang kurang, menjahitkan terpal dan memantau perkembangan penyebaran freepass dan efektivitas penggunaannya.

No comments:

Post a Comment