Banyak orang membutuhkan saya, membutuhkan kita. Saya, kita yang seperti apa? Tentu : saya, kita yang berguna. Diantara sekian banyak bidang yang digarap di Semangat Donk, kemungkinan besar pada saatnya nanti saya hanya akan concern di 2 : pendidikan dan kesehatan. 2C : Campus & Clinic, yang mungkin kedepannya akan menjadi Learning Center dan Rumah Sakit yang betul betul berbeda dari yang sudah ada saat ini.
Ini merupakan pembeda makna entrepeneur yang sebenarnya. Hm, apa maksudnya? Sekarang saya tanya, apakah semua entrepeneur itu berdagang? Lalu apakah semua pedagang itu entrepeneur? Seorang yang pekerjaannya jualan tetapi setiap hari yang dia kerjakan itu-itu saja, menjadi kuli bagi usahanya sendiri, apakah dia seorang entrepeneur? Seorang bupati yang tidak pernah memasarkan produk, hanya mengemas potensi daerahnya menjadi area-area siap garap dan selalu berupaya untuk produktif dan mandiri, dia adalah seorang entrepeneur?
Bohong, kalau seorang entrepeneur masih menomorsatukan sandaran (fisik/benda/materi) di luar dirinya, masih menjadi kuli bagi warungnya, masih menjadi kuli bagi kampusnya. Kalaupun dia merasa dirinya adalah seorang entrepeneur, tinggal pertanyaannya entrepeneur macam apa?
Baik, lanjut, memang pembeda ada di Visinya, sekedar cari uang untuk menutup sandaran tertentu, atau berniat berkembang dengan memberdayakan segenap potensi dan sumber daya yang ada?
Akhirnya sampai pada point utama yang ingin saya obrolkan kali ini, yakni masalah pemberdayaan. Disekeliling kita banyak sekali orang-orang yang perlu dan dapat diberdayakan dengan profesional, itu adalah fakta dan lowongan yang lebih longgar dari persaingan CPNS dan antrian lamaran kerja bergengsi dimanapun.
Saya tidak tahu, kalau tidak salah keahlian yang dibutuhkan bernama Public Relation Skill. Loh iya, sebut saja Pa Fahrur, saya rasa dengan kehadiran seorang pemberdaya yang profesional dia bisa di level mendekati Yohanes Surya. Atau Arif RH, saya sangat yakin kapasitasnya seharusnya di atas Ippho Santosa.
Hm, ya ya ya, kalau orang-orang itu terlalu tinggi. Saya ingin sebut nama Pak Sarwin, seorang pekerja keras ulet yang memiliki integritas tinggi dengan pekerjaannya, dia cuma jualan martabak unyil dan gerobagan lainnya, berapa si yang dia dapat sehari? Untuk ukuran integritas setinggi itu, dia pantas mengelola toko roti dengan pendapatan bersih 15 juta sebulannya. Saya yakin itu. Atau nama lainnya adalah Pak Diram, seorang tukang kayu bertalenta, dengan pengalamannya selama belasan tahun menukang dan hal yang saya salut dari dia adalah inisiatifnya, saya percaya kalau ada seorang pemberdaya yang datang, dia bisa layak menggarap tender-tender proyek bernilai ratusan juta, dia berkapasitas untuk itu.
Kenapa? Itu masih terlalu susah? Baiklah, disekeliling kita sendiri saja, teman-teman, berapa banyak diantara mereka ibarat kalkulator scientifik tetapi hanya digunakan untuk operasi tambah kurang kali bagi? Berapa banyak dari mereka yang performanya windosw seven dengan Office 2007 yang hanya memfungsikan dirinya tidak lebih dari sekedar mesin ketik karbonan?
Dibutuhkan cepat (Urgwntly Required) seorang pemberdaya. Menjadi seorang pemberdaya itu adalah peluang besar dan sangat-sangat menggiurkan, bayangkan tanpa skill lapangan khusus seperti keahlian menukang atau keahlian public speaking kita bisa berpenghasilan ratusan juta bahkan miliar kalau mau diukur secara materi. Modalnya cuma keberanian, kejelian menangkap peluang, kegesitan membangun link dan daya tahan menuntaskan tanggung jawab.
Namun satu yang perlu diiingat, fokuslah untuk memberdayakan diri sendiri untuk bisa menjadi pemberdaya orang lain dengan hasil yang baik.
No comments:
Post a Comment