6/3/09

Neo Liberal

Lucu 1, santer asumsi, Pa Budiono itu pendiam, santun, sederhana jadi mana mungkin dia seorang penganut ekonomi bermadhab neo-liberal. Lalu bagaimana dengan ini, kata seorang ekonom, sejauh mana Anda mengenal kebijakan dan motif yang pernah ada dalam track record beliau selama ini? : 

"Lebih lanjut, Revrison juga menegaskan kalau mazhab pemikiran tidaklah didasari oleh seseorang itu sederhana atau tidak. Tapi dilihat dari kebijakan yang diambilnya."

Lucu 2, bahwa kata orang lagi, janganlah kita meributkan neoliberal atau bukan, katanya bukan cuma faktor itu yang akan bisa mengentaskan kita dari krisis dan kemelaratan, banyak sisi lain yang bisa kita unggulkan walaupun seseorang itu berkebijakan neoliberal. Loh? Kok berkompromi dengan neoliberal. Sudah tidak bisa dibantah kehancuran amerika dan ekonomi dunia adalah karena liberalisme, apa Indonesia mau menyusul?

Lucu 3, demi tidak dianggap neoliberal, maka dibikinlah label ekonomi Pancasila. Apa itu, yaitu raskin, BLT dan kredit rakyat miskin akan tetap dilanjutkan. Saya tanya, apa program itu mengentaskan kemiskinan? Apa membuat rakyat tetap miskin? Apa itu yang disebut ekonomi pro-rakyat?
Lalu bagaimana dengan Alfamart yang berdiri dimana2 menggusur retail milik rakyat. Penjajahan freeport terhadap lingkungan dan sekelilingnya tetap miskin dibiarkan saja. Aliran motor dan mobil baru begitu derasnya sampai angkot tergusur, jalan diperlebar dan kaki lima direlokasi ke tempat yang jauh.

No comments:

Post a Comment