6/22/09

Untuk Sukses, Kita Butuh Impuls

Alkisah di sebuah kerajaan, sang Raja sedang cemas memilihkan jodoh yang tepat untuk putrinya yang cantik jelita elok parasnya menawan tiada tara. Saking bingungnya, maka diadakanlah sayembara.

Sungguh bukan sebua sayembara sembarangan, sekalipun pemuda tampan hingga duda rupawan sudah berkumpul di medan sayembara, mereka semua tertegun karena rintangan yang harus dilalui benar-benar menantang.

Ketua panitia sayembara mengumumkan dengan TOA kerajaan, bahwa barangsiapa peserta sayembara yang dapat selamat menyeberangi kolam di tengah medan sayembara, hingga menyentuh batas finis maka berhak menikahi sang putri.

Kalau sekedar kolam si apa menakutkannya, tapi apa, di dalam kolam itu ada berekor-ekor buaya ganas yang siap memangsa siapa saja yang mengganggunya. Dan semua tertegun tak bergerak dari tempatnya berdiri selama beberapa lama. Sampai mengejutkan, seorang pemuda membuyarkan konsentrasi hadirin dengan ceburan air, dia terus berenang dan berenang, melewati buaya demi buaya, hingga akhirnya dia bisa sampai ke seberang kolam dan melewati garis finis.

Hore... Sang Rajapun bersorak kegirangan, akhirnya Sang Putri yang cantik itu menemukan jodohnya (aneh ya, kalau cantik kenapa susah-susah amat cari jodoh, namanya juga kisah...). Lalu apa kalimat pertama yang diucapkan sang pemuda setelah selamat ke seberang kolam? pemuda itu berkata, "Siapa yang tadi mendorong saya ke dalam kolam?"...

tweng... tweng... kirain gentlemen, ternyata kecemplung.. Nah, apa makna dari cerita itu?

Ya, untuk maju, seseorang memerlukan impuls. Dalam fisika, impuls didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu benda dalam waktu yang sangat singkat. Entah ada hubungannya atau tidak, saya ingin sampaikan bahwa disadari atau tidak, manusia mempunyai sifat 'lembam' atau pengertian sederhanya adalah cenderung bertahan dan enggan bergeser alias malas. Oleh karena itu, untuk maju seseorang harus memiliki pemicu untuk meneriakkan "action now", untuk melepaskan diri dari belenggu kelembaman dirinya. Kira-kira begitu...

Permasalahannya sekarang, apakah kita akan menunggu pemicu itu datang dari luar, atau kita meletupkan pemicu dari dalam diri? Ini yang penting agar kita tidak banyak kehilangan waktu seperti kata buku tulis SIDU : never till tomorrow, what you can do today...

No comments:

Post a Comment