Hidup untuk orang lain, begitulah orang tua dan bu'de saya menanamkan didikan itu. Sampai akhirnya tanpa sadar saya terinternalisasi demikian kuat tentang semangat itu. Soal proyek-proyek rintisan semasa SMA dulu, simak saja jejak-jejak saya mungkin masih ada saat itu.
"Pembaharuan" itulah yang saya bawa, bukan untuk popularitas, semata untuk memenuhi dahaga batin, satu hasrat yang bertombol "otomatis" disetiap dimanapun saya berada. Dedikasi saya tak perlu dihitung, tetapi demikian, saya adalah seorang makhluk sosial jelas teridentifikasi dalam kiprah dan hasil kerja saya.
Kemampuan saya berkomunikasipun akhir-akhir ini meningkat signifikan, itu tidaklah berbanding lurus dengan saya tutupnya akun di facebook (kalau ini semata karena hubungan antar-personal saja--akan saya ceritakan di postingan lain). Namun demikian, saya senada dengan Andri, nggak apa-apa dirapel, yang penting semua All Out saja sudah puas.
Berbekal inilah, saya memutuskan untuk meneladani JK dan meninggalkan jejak melankolis sang SBY. Bagi saya prioritas sekarang adalah soal pencapaian, perkara teman-teman mau belajar, mau berubah, mau total, itu urusan masing-masing. Kewajiban saya hanya sebatas mengingatkan, dengan optimal saya ingatkan melalui blog ini, juga melalui slide dan copian makalah bekal kumpul mingguan. Tak bahagia saya bila ilmu yang saya bagikan itu dipakai, tak sedih pula bila tidak.
Fokus saya hanya monas, monas dan monas. Soal pendidikan gratis, biar 60 tahun lagipun nggak masalah. Saya percaya, apa yang saya fokuskan akan saya dapatkan, sudah banyak kok saya alami pembuktian atas hal semacam ini
No comments:
Post a Comment