Waktu itu ada lahan kosong, lalu dikomitmenkan untuk dibangun bangunan yang puncaknya menjulang tinggi disana.
Apa yang dilakukan pertama adalah membangun pondasi. Pondasi mindstream yang kokoh tentang entrepreneurship dan kemandirian yang diramu dengan semen holcim. Setelah beberapa tahun berlalu, membangun pondasi itu bersama, berkeringat tanpa merasakan hasilnya, diberondong orang dengan beragam pertanyaan yang mengendurkan semangat, akhirnya pondasi itupun selesai dibangun. Terbukti kokoh, salah satunya setelah diuji, pondasi itu tidak goyah oleh gondangan uang dan getaran materialisme yang membumi di negeri ini.
Lalu apakah bangunan yang diimpikan itu hanya selesai setelah membuat pondasi? Tidak, bangunan itu tidak ada gunanya kalau tidak dilanjutkan. Apa selanjutnya? adalalah membangun beton-beton cor disana sini sesuai dengan perhitungan hukum-hukum arsitektur bangunan. Beton cor itu bernama unit mandiri, ada unit A, unit B, unit C, unit D dan banyak lagi jumlahnya untuk memastikan bangunan benar-benar bisa menjulang tinggi.
Ternyata disini menemukan hambatan, koordinator pembangunan merasa kesulitan memantau pergerakan progress pembangunan beton-beton cor itu karena ada yang cepat, ada yang lambat dan ada yang tidak bergerak sama sekali. Wah, kenapa ya?
Bukan hanya itu, akibat derasnya tiupan angin 'sawang sinawang', ada yang merasa terdzolimi karena dia membangun beton cor disana dan inginnya disini. Ada pula yang beranggapan ini hanyalah obsesi pribadi sang koordinator pembangunan saja, buktinya dirinya tidak mempunyaic elah untuk mengekspresikan dirinya.
Ketelatenan memang mahal harganya, ketika sang koordinator mencoba memandu untuk telaten mengerjakan satu demi satu beton dor itu, eh malah dia dihujat dan dipersepsikan begitu jeleknya.
Inginnya cepat-cepat mengaktualisasikan mimpinya sendiri. Sekarang begini, okelah ada dua pilihan, pertama kita hentikan pembangunan beton cor yang membosankan dan melelahkan ini, lalu di atas bangunan yang hanya pondasi ini mari kita beraktivitas masing-masing, atau alternatif kedua, kita selesaikan pembangunan beton cor ini hingga selesai, lalu kita bangun lantainya, lalu kita bangun temboknya, lalu kita sekat ruangan2nnya (walau tetap berhubungan satu sama lain dengan pintu) lalu kita bangun atapnya da setelah itu kitabisa dengan teduh dan nyaman beraktivitas di ruangan kita masing-masing mewujudkan mimpi pribadi masing-masing.
Terserah pilih mana?
Kalau saya ada di proyek pembangunan itu si mending sabar, prihatin dulu, istilahnya "tak kan bersenang sebelum jaya", jelas beraktivitas pribadi di atas pondasi yang panas terik tidak enak, apalagi kalau hujan kritik dan pembalikan mindstream, mending bangunan ini diselesaikan dulu, barulah semuanya akan terwujud dengan bangunan itu berfungsi sebagai "leverage".
pondasi midnstream dari semen holcim yang kuat, diatasnya dibangun pilar dari beton cor yang dibangun dengan kompak, tidak ogah-ogahan walau panas, terik, panas agar status entrepreneur kita diakui oleh dunia. Berikutnya kita membangun lantai yang menjadi alas financial income kita, itulah unit bisnis sejati.
Kemudian kita membangun tembok yang merupakan kaderisasi masing-masing kita sehingga passive income dicapai, nilai diri kita ats materi tidak lagi berpengaruh pada kebebasan waktu kita, lalu membangun atap eksistensi kita yang dibangun dari genting kontribusi sosial untuk dunia.
Maka ruang-ruang untuk mimpi-mimpi pribadi akan siap untuk digunakan dengan optimal.
Oleh karena itu, apa etis menyalahkan arsitek dan koordinator pembangunan gedung itu yang membeli paku, membeli besi cor, membeli semen, membeli keramik tanpa permufakatan yang detail terlebih dahulu. Apa semua itu dibeli untuk kepentingan pribadinya? atau semua dibeli untuk menunjang progress kerja semuanya?
Saya lebih melihat, kok disana beton cor belum mulai2 dibangun kenapa? kok disana beton cor baru setengah dan terbengkalai kenapa? Apa maunya semua beton cor dikerjakan oleh orang yang disebelah sini yang sudah hampir menyelesaikan beton cornya?
Oh, males menyelesaikan bangunan ini? memangnya dikira membuat bangunan seorang diri gampang? Atau merasa tidak perlu membuat "leverage" berupa bangunan?
Dan saya tidak mau tau apapun alasannya, semua beton cor akan selesai di bangun. Kalau yang lain malas-malasan, dua tangan yang saya punya yang akan menyelesaikannya.
Selamat berpikir, berpikir dengan terbuka.
No comments:
Post a Comment