8/3/09

Belum Sesabar Kusworo, Belum Seoptimis Mas Hendro

Bukan tidak ingin mundur, tetapi memang saya sudah benar-benar tidak tahu jalan kembali, saya sudah terlanjut bakar kapal. Lagipula saya sudah komitmen, lebih baik didera cercaan sebagai seorang pemenang, ketimbang meluruhkan idealisme sebagai seorang pecundang.

1. Saya belum sesabar Kusworo

Kusworo adalah orang yang selalu bisa tersenyum sekalipun sedang dalam kungkungan masalah ataupun deraan kesibukan yang tiada habisnya. Kesabaran itu tercermin dalam dua hal, pertama adalah kesantunan dalam berucap dan kedua sikap hormat terhadap orang lain, termasuk terhadap saya. Entahlah, dimatanya mungkin strata saya lebih tinggi dibanding dirinya sendiri, itu yang saya rasakan dari sikapnya. Banyak hutang budi saya kepada dia, doa saya mudah2an kebaikan terus mengalir untuknya.

Belajar dari Kusworo, mulai sekarang saya akan telateni satu demi satu tiap hal yang merupakan bagian dari konstruksi keberhasilan bersama. Meskipun dianggap miring sikap saya, melenceng tindakan saya, egois atau bahkan apapun, yang terpenting saya tahu niat saya.

Sesungguhnya, kalau yang saya cari hanya kemakmuran pribadi, cukup saya merengek modal ke orang tua, manfaatkan relasi yang ada sekarang, ambil inspirasi dari guru-guru terbaik yang saya miliki sekarang, berdayakan orang-orang yang bisa bergerak dengan uang, maka status, pendapatan dan jalan-jalan dengan cepat saya dapatkan.

2. Saya belum seoptimis Mas Hendro

Mas Hendro adalah orang yang luar biasa, orang awam mungkin bisa jadi mencap dia sebagai pengusaha gagal. Kenapa? karena diantara sekian banyak usahanya, lebih banyak yang gagal ketimbang yang berhasil.

Tapi dimata saya, Mas Hendro adalah orang yang luar biasa optimis. Kata-katanya penuh support, hampir2 tak pernah membuat down saya. Sikap lalai saya selalu dimakluminya dengan kebesaran hati. Dan Mas Hendro tidak pernah berhenti bermimpi dan membuat langkah-langkah menuju mimpinya.

Inilah yang harus saya bangun dalam diri saya, menjadi seorang yang tidak pernah berpikir untuk berhenti, apalagi mundur, dalam mewujudkan mimpinya. Dalam kondisi sesulit apapun, dalam pencitraan orang sejelek apapun.

No comments:

Post a Comment