8/20/09

Pantangan di Jabal Sumbing


Dan akhirnya, perjalanan ke Sumbingpun setelah 24 jam berlalu menemui basecamp kembali. Memang, panorama di atas gunung tidak ada duanya, "tiada tanding, tiada banding" lah...

Tujuh belasan yang sangat berkesan kemarin, menempuh perjalanan yang memang si cuma 7 km, tapi nuanjak men... Tapi walau bagaimanapun perjalanan yang ditemani taburan bintang terindah yang baru pernah aku lihat, dan pemandangan alam yang luar biasa menakjubkan juga ditemani sebuah peta dan petunjuk perjalanan kemarin tetaplah mengesankan.

Berangkat ba'da Ashar, jam lima sore lebihnya sedikit, kita yang berangkat berenam dibekali dengan sebuah peta perjalanan yang terdiiri dari tiga lembar print out warna dari Canon IP1918i berukuran A4 70 dengan gramatur 70 gram (ceile detail amat...).

Satu yang menarik di lembaran itu adalah, selain ada peta perjalanan, ada juga tata tertib. Tata tertib yang harus dipatuhi, diantaranya yang pertama adalah "tidak boleh berbohong dan tidak boleh sombong dari pos sekian hingga sekian", berikutnya "tidak boleh mengeluh dari pos sekian hingga sekian..."

Haha, ketawa kita, peraturan yang aneh.. Tapi memang karena suasana gunung berbelantara ilalang dan pepohonan rendah dengan hawa dingin yang berkali-kali menerpa membuat rasa mencekam, kita pun tidak main-main dengan peraturan itu.

"Oh, nanti kalau mengeluh si mbah penunggu pohon ini akan marah dan kita.... hiiii....", begitu pikir saya. "Oh nanti kalau berbohong kita akan apes dan terpeleset ke jurang... hiiii...", pikir saya lainnya, dan "Oh nanti kalau sombong bisa-bisa aku nggak bisa balik, jadi tumbal bathara kala... hiiii...", pikir saya lagi.

Begitulah pantangan-pantangan dalam peraturan itu kita coba untuk hindari betul-betul, hingga perjalananpun mencapai titik tertinggi yang bisa kita jangkau, dan sesudah itu turun lagi... . Setelah sampai basecamp lagi dalam keadaan berpayah-payah ria, baru saya tahu... "oh ternyata penunggu pohon-pohon di atas sana tidak jahat, oh ternyata yang membuat apes masuk jurang tu kalau nggak hati-hati bukan karena berbohong, oh ternyata bathara kala sedang tidak ditempat... huehe".

Yah, baru tahu kenapa ada pantangan-pantangan itu. Kenapa coba? Nah, dalam perjalanan mendaki, kita tuh ternyata butuh energi yang luar biasa, track yang terjal dan betul-betul menguras keringat tidak cukup hanya didopping dengan minuman, coklat, mie instan dan permen jahe. Yang tidak kalah penting adalah asupan makanan jiwa, yakni energi dari pikiran optimis dan energi dari kebersihan hati.

Oleh karena itulah, kita tidak boleh mengeluh, harus optimis. Karena kalau batin kita bicara keluhan-keluhan, pastilah fisik kita juga akan terpengaruh menjadi drop. Begitu juga kalau kita berbohong dan sombong, energi yang dihasilkan malah akan melemahkan.

Betul itu, dua orang dengan kapasitas fisik yang sama, sementara yang satu berbinar-binar dengan semangat dan lainnya penuh keluh kesah persimistik pasti akan sangat kelihatan jauh berbeda kecepatan dan ketahanan mereka.

Mendaki gunung kesuksesan juga begitu, siapa si yang nggak kepayahan menghadapi stagnannya usaha, menghadapi resiko rugi, menghadapi cibiran para pencuri mimpi, menghadapi kebuntuan inspirasi.

Jadi, buat kita yang sedang mendaki gunung kesuksesan, pasanglah peraturan 1. tidak boleh berbohong dan sombong dan 2. tidak boleh mengeluh... ...itu.

(Foto : Ini adalah titik tertinggi yang berhasil saya capai, 1 jam sebelum puncak)

No comments:

Post a Comment