8/20/09

Short Term Memory

TLBK (teman lama bertemu kembali, cie..), selalu pasti aku tanya berapa nomer hp aktif sekarang??? eh sayang di sayang HP tidak ditangan, nggak ada alat tulis pula, terpaksa deh diinget di awang-awang... .

Berhasil!!! asal nggak terlalu lama segera di salin di phonebook, hafalan nomor rumit di awangan pasti nggak hilang, apalagi kalau pas menghafal tadi kita pakai metode asosiasi... .

Short term memory, itulah salah satu bagian dari fungsi otak kita, yang membuat nomor HP yang rumit di awangan itu bisa berhasil dipindahkan ke phonebook dengan selamat. Fungsi otak yang dipakai untuk menghidupkan memory ini katanya adalah otak kiri kita. Namanya juga short, jadi ya cuma jangka pendek.

Nah, ternyata fungsi otak inilah yang banyak dipacu disekolah-sekolah dan kampus-kampus kita. Sehingga wajar kalau seminggu setelah Quiz rumus pun melayang, apalagi sesemester setelah UAS, lewat semua..... bablas ilmune....

Hm, gitu ya.... . Loh, baru tahu memang? Yah, memang mungkin itulah gunanya kuliah : mensukseskan program dirjen pendidikan tinggi dinas pendidikan. Oleh karenanya, mau terpakai atau enggak ilmu itu, ya nomor sekian lah... yang penting akreditasi kampus A dan mahasiswa-mahasiswanya bangga dengan nilai-nilai yang mereka dapat, walau hasil dari stimulasi ingatan jangka pendek, baik halal (dengan menghafal sesudah shubuh) maupun subhat (melirik kanan kiri pas ujian) juga yang haram (membaca contekan).

Teman, sayangilah umurmu, coba hitung deh sudah berapa lama otakmu lebih banyak dimainkan hanya untuk jembatan, untuk lewat ilmu-ilmu yang dihafal sesudah shubuh dan dilupakan menjelang maghrib? Coba deh ukur, dua semester yang lalu, berapa persen yang masih diingat? kalau dua tahun yang lalu berapa? nah kalau pas kelas dua SMP???.... weleh weleh weleh...

Hufh, menyebalkan yah, ternyata kita tidak benar-benar dibuat pandai (ya memang ada si yang jadi berkembang kepandaiannya.. ni aku nulis untuk strata umum, general loh ya...). tapi memang, kita tidak boleh menyalahkan sekolah atau kampus... . kenapa tidak boleh? tidak boleh, karena percuma... sudah aturan dari mendiknas seperti itu.

Lalu apa langkah kita donk? sederhana, ubah mindset, itu saja. Sekolah itu bukan untuk menghimpun nilai, kuliah itu bukan untuk mengakali direktur perusahaan dengan ijasah kita setelah wisuda nanti. Sekolah ada tempat pengembangan diri.. Lho, kan nggak ada mata kuliah pengembangan diri? Ada kali.. (walau nggak memadai).

Ya, belajar tentang pengembangan diri, siapa dosennya? kita sendiri. siapa yang memberi nilai? kita sendiri. siapa yang membuat kurikulum? kita sendiri. ya, diri kita adalah guru terbaik bagi kita sendiri, karena itu jangan bangga lulus dengan koleksi nilai A kalau jiwanya tidak berkembang, tidak mendewasa... output keberhasilan orang belajar adalah berubah, berubah cara kita menghadapi masalah, menjadi lebih tenang. Berubah cara kita mengejar nilai, menjadi lebih santun. Berubah cara kita mengoptimalkan kemampuan otak kita bukan hanya short tetapi long nya juga. berubah cara kita merancang masa depan dari yang monoton menjadi dinamis...

Diri kita berubah menjadi berkarakter, itu lebih membanggakan ketimbang nilai kita A semua... tetapi jiwanya masih tetap sama seperti awal masuk dulu... kekanak-kanakkan.

Tulisan ini kalau kontroversial dikritik saja, ambil yang baik saja. dan bayar yang diambil saja (emang warung rames... huehe), piss...

selamat belajar menjadi pribadi berkarakter teman...

No comments:

Post a Comment