8/14/09

SEBETULNYA, APAKAH YANG SEDANG KAU TUNGGU? (Mario Teguh)

Sahabat Indonesia yang super,
yang sedang menata ketepatan arah dan kekuatan dari perjalanan menuju kecemerlangan hidupnya.

Semoga Golden Moment yang saya susunkan untuk penikmatan rekan-rekan di ruang keluarga MTSC yang ramah dan saling memuliakan ini, menemui Anda sedang dalam kedamaian dan kesehatan yang prima.

Mario Teguh Golden Moment
SEBETULNYA, APAKAH YANG SEDANG KAU TUNGGU?

………..
Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya,

Setiap orang sedang menunggu.
Ada yang menunggu hasil dari pekerjaan yang dikuatkannya dengan kecintaan dan ketabahan.
Tetapi, tidak sedikit orang yang sedang menunggu yang tidak disebabkannya untuk datang.

Bagaimana mungkin mereka menunggu hasil besar dari pekerjaan yang mereka lakukan dengan kesungguhan kecil?

Meskipun bisa sangat tidak masuk akal, tetapi

Banyak orang yang sedang memimpikan sesuatu yang besar melalui pekerjaan yang diperlakukannya sebagai beban yang harus dihindari.

Net-net, mereka ingin berhasil melalui pekerjaan yang kalau bisa – tidak mereka kerjakan.



Sahabat-sahabat saya yang jelas keinginannya,

Jika tidak diingatkan, kita sering lupa bahwa yang kita lakukan hari ini seharusnya menjadi bagian yang serius dari proses pencapaian kualitas hidup yang kita impikan itu.

Jika yang kita lakukan tidak berdampak baik bagi pembangunan kualitas hidup kita, mengapakah kita melakukannya sama sekali?

Mengapakah masih ada orang yang berlaku seperti yang dilakukannya tidak ada hubungannya dengan kehidupannya?

Mereka mungkin tidak menyadari bahwa

Kita hanya ada di dalam waktu. Tetapi, kita hidup di dalam yang kita lakukan.

Kita disebut hidup, jika kita mengisi waktu antara hari kelahiran dan saat kita berpamitan dari kesibukan dunia ini – dengan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai.

Kita hanya sebernilai yang kita kerjakan.


Tetapi, akan selalu ada suara yang memprotes:

“Tapi khan, yang saya dapat hanya pekerjaan ini.
Yang ini saja, saya sudah untung dapat pekerjaan.
Kalau hidup saya tidak bernilai, karena hanya pekerjaan kecil ini yang saya dapat, khan saya tidak bisa disalahkan?”

Jika Anda bertemu dengan pribadi yang membutuhkan kasih sayang seperti itu, nasehatkanlah ini:

Jika yang kau cari adalah uang, maka memang tidak semua pekerjaan baik adalah untukmu. Tetapi jika engkau bersungguh-sungguh untuk melayani bagi kebaikan orang lain, maka semua pekerjaan terbaik akan didorongkan ke arahmu.

Jika engkau tidak menemukan pekerjaan yang baik, itu karena sebetulnya yang kau cari adalah uang. Bukankah engkau akan menolak pekerjaan-pekerjaan yang baik, jika engkau tidak dibayar dengan jumlah yang kau sukai?

Jika engkau benar-benar ingin bekerja, seharusnya engkau tidak merendahkan nilai dari yang kau kerjakan bagi orang lain dan bagi dirimu, hanya karena jumlah uang yang kau dapat di situ tidak memuaskan hatimu.

Ketahuilah, jika engkau meminta uang, orang lain akan mengira-ngira nilaimu sebelum mereka setuju memberimu uang.

Dan yang ini tidak enak di dengar; bahwa

Jika uang yang mereka setujui untuk kau terima itu - kecil, maka sebetulnya mereka telah mengira nilaimu sebagai yang sesuai.

Ya, sudah tentu. Mereka salah mengira, mereka salah menilai. Engkau lebih mahal dari itu.

Tetapi, engkau meminta uang. Dengannya engkau mengharuskan mereka menghitung untung dan rugi dalam memenuhi permintaanmu.

Jika yang mereka lihat tidak besar, mereka akan memberi yang kecil.

Itu hukumnya.

Yang besar diimbangi dengan yang besar.
Yang kecil diimbangi dengan yang kecil.


Dan sadarilah, bahwa

Hukum kebaikan hidup itu benar, walaupun engkau tidak berlaku benar terhadapnya.

Dalam gundah hatimu itu, upayakanlah untuk mengerti. Karena jika engkau menolak untuk mengerti, akan diperpanjanglah kegundahanmu itu agar lebih luas ruang bagimu untuk akhirnya mengerti.

Tetapi, jika ada orang yang cepat mengerti dan bersegera dengan perilaku yang lebih baik, mengapakah engkau berlama-lama dan menua dalam keraguan yang telah kau ketahui tidak akan memuliakanmu?

Sebetulnya, jika engkau tidak berbahagia di dalam keadaanmu itu, mengapakah engkau selalu menjadi yang pertama untuk mempertahankannya?

Sebetulnya, apakah yang sedang kau tunggu?

Sebetulnya, untuk apakah hidupmu itu?


Maafkanlah aku, adikku.
Bukannya aku menikmati kegundahanmu, tetapi bagaimana engkau akan tertarik untuk sampai pada keadaan yang lebih baik, jika engkau tidak gelisah dengan keadaanmu sekarang?

Terimalah ini.

Langkah pertama untuk sampai pada keadaan yang kau impikan itu, adalah langkah pertama meninggalkan keadaanmu sekarang.

Ya. Kalimat itu sederhana, tetapi tidak sederhana dampaknya terhadap kehidupanmu, jika engkau memberanikan dirimu untuk berlaku seperti yang dinasehatkannya.

Sekarang, dalam nanar matamu itu, perhatikanlah bahwa semua orang yang kehidupannya baik itu adalah orang-orang yang melakukan sesuatu yang bernilai bagi orang lain. Mereka berhak bagi kehidupan yang baik, karena nilai yang mereka sumbangkan bagi kebaikan kehidupan orang lain.

Bukankah sudah pernah ku katakan kepadamu, bahwa

Yang meninggikan, akan ditinggikan.

Dengannya, yang mengayakan, akan dikayakan.


Maka ini yang aku tanyakan kepadamu,
apakah yang sudah kau lakukan untuk mengayakan kehidupan orang lain?

Apakah kesibukanmu untuk mencari yang sedikit yang kau dapat itu, telah melupakanmu dari jalan yang akan memantaskanmu bagi penerimaan yang besar?

Camkanlah ini dalam kesadaranmu yang semoga sekarang lebih ramah bagi nasehat baik:

Bukan besarnya dan beratnya pekerjaan yang akan memuliakanmu, tetapi besarnya dampak dari apapun yang kau kerjakan itu bagi kebaikan orang lain – yang akan memuliakanmu.

Aku tahu masih banyak yang ingin kau tanyakan kepadaku, tetapi cukupkanlah pengertian ini bagimu saat ini.

Untuk mencapai perubahan besar, engkau tidak membutuhkan pengertian besar. Sejumput pengertian kecil yang segera kau kuatkan dengan tindakan yang bersungguh-sungguh, akan menguatkanmu untuk memindahkan gunung.

Indah ya?

Itu dulu, adikku. Sampai nanti, ya?

………..

Sahabat-sahabat Indonesia yang santun,

Begitu dulu ya?

Marilah kita mengikhlaskan diri kita kepada kebaikan, agar kehidupan mengikhlaskan kebaikan bagi kita dan keluarga tercinta.

Sampai kita bertemu suatu ketika nanti.

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh

No comments:

Post a Comment