8/5/09

Pengungkit, Bidang Miring dan Katrol

Bayangkan bagaimana pegalnya menaikkan sebuah drum ke dalam bak truk, tapi pegal tak perlu didera karena ada bidang miring. Bidang miring adalah "leverage", sama seperti pengungkit yang macamnya ada tiga. Pengungkit jenis kesatu (titik tumpu berada di antara beban dan kuasa, contohnya jungkat-jungkit), pengungkit jenis kedua (Titik beban berada di antara tumpuan dan kuasa, contohnya adalah gerobak sorong) dan pengungkit jenis ketiga (titik kuasa berada diantara beban dan tumpuan, contohnya adalah sapu) selain itu ada juga jenis leverage lainnya, yakni katrol.

Untuk sukses, kita butuh leverage. Namun, apakah kita bisa sukses tanpa leverage? Jawabannya : tetap bisa. Hanya saja perbandingannya adalah seperti drum yang dinaikkan ke dalam bak truk dengan bidang miring dan dengan digotong oleh tenaga manusia murni.

Leverage sukses itu salah satunya saya gambarkan seperti membangun sebuah bangunan bersama-sama, dimana bangunan itu merupakan bangunan yang berpondasi superkokoh, bukan hanya itu bangunan itu dibangun di tempat yang strategis dan menjulang tinggi pula sehingga dikenal secara luas. Dan kesuksesan kita yang berupa mimpi-mimpi pribadi digambarkan sebagai pekerjaan yang akan kita kerjakan di dalam ruangan-ruangan milik sendiri di dalam bangunan kokoh nan tinggi itu.

Oleh karena itu, untuk membangun leverage sukses secara sempurna, kita harus bisa mengalah atas mimpi-mimpi pribadi di awal. Ingat, hanya di awal, bukan mimpi itu dimatikan selamanya.

Pondasi kita bangun, inilah pondasi mindstream sebagai pijakan kuat atas idealisme kita. Setelah pondasi dibangun (biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun), berikutnya adalah pilar-pilar yang kokoh yang menjulang sebagai kerangka bangunan diselesaikan. Membangun pilar ibarat mengenalkan diri kita terhadap dunia, karena tanpa pilar (hanya pondasi saja) ketinggian kita masih setara dengan permukaan tanah, sehingga belum dikenal dunia. Pilar adalah status personal kita.

Setelah pilar, selanjutnya adalah membangun lantai alakadarnya, lantai adalah pendapatan yang menutup basic need kita. Lantai yang belum dimarmer dan difinishing adalah personal income kita. Kenapa kita tidak menyelesaikan lantai sampai sempurna terlebih dahulu? (sampai kita bisa berfoya-foya atau minimal bisa bebas berjalan-jalanlah minimal).

Tunggu dulu, jangan terburu nafsu, kita harus membangun tembok dengan lebih cepat dan lebih baik. Karena tanpa tembok, bisa jadi dalam bekerja kita akan masuk angin. Tembok adalah back up yang melindungi kita, tembok adalah pengibaratan bagi kader delegasi kita. Yang akan membantu kita menjaga bisnis kita, sehingga bisnis bisa jalan, pendapatan mengalir dan kita bisa jalan-jalan menengok lantai yang lebih atas.

Kita belum punya atap lho? tapi tunggu dulu, bayangkan kalau disini kita sudah skeptis. Ada dua pilihan yang kita ambil, pertama : kita melanjutkan pembangunan hingga selesai, hingga beratap, hingga lantai dimarmer, hingga dipasang pintu dan jendela, hingga dialiri listrik, air, telepon dan internet, hingga dipasangi AC, hingga ditempatkan petugas parkir, hingga bangunan ini benar-benar selesai total, lalu bayangkan betapa leluasanya kita mewujudkan mimpi-mimpi pribadi yang selama ini tertunda, di dalam ruangan kita masing-masing, dengan sejuknya AC, dengan nyamannya penerangan, dengan kelengkapan perkakas, dengan kemewahan furniture, dengan jaminan pengamanan. Bayangkan itu...

Keduanya apa?

No comments:

Post a Comment