8/2/09

10 Pelajaran Kepemimpinan dari JK

1. Mengenalkan Visi

Visi letaknya di otak, bukan di bawah leher apalagi di perut. Inilah yang membedakan PEMIMPIN dengan PEJABAT. Pemimpin memiliki satu gambaran masa depan yang tertentu yang direal-kongkritkan dengan tindakan hari ini, sedangkan pejabat hanya menyelesaikan tugas-tugas manajemen dan warisan administrasi sebelumnya setiap harinya.

Sebuah wiseword mengatakan, "Seberapa besar seorang pemimpin itu tergantung pada seberapa besar visinya". Hanya visi besarlah yang bisa menginspirasi orang lain untuk mau melangkah mengenal apa itu visi dan bagaimana memiliki visi. Bayangkan betapa besar sebuah bangsa (apalagi yang alamnya kaya), kalau semua rakyatnya menggenggam visi dihadapannya.

2. Unpopuler-orientation

"Tugas seorang pemimpin bukanlah membuat semua orang senang, tugas seorang pemimpin adalah meng-create sesuatu", itu kata JK di sebuah dialog exlusive dulu. Tidak populer tidak apa-apa, yang penting apa yang saya yakini tentang sebuah kemajuan menurut penilaian saya akan berbuah nanti.


3. Legowo

Tidak penting orang mengenal apa yang sudah dia kerjakan, setumpuk map kuning notula rapat koordinasi kabinet yang ada di kantor wapres yang validitas keberadaannya dapat dikroschek oleh para wartawan senior sekitar kantor wapres adalah bukti bahwa banyak sekali kebijakan pemerintah yang digodog dalam rapat-rapat di bawah koordinasi beliau, presiden tinggal tanda tangan mengesahkan.

Soal Poso dan Aceh yang menjadi cercaan dan hujatan bagi beliau hanyalah sekelumit kiprah yang sengaja beliau angkat, untuk membelalakkan mata public bagaimana sebetulnya skema kerja di kabinet itu.

Keberanian JK untuk membuka kondisi yang sebenarnya ini dan pemberitaan lain mengenai konflik di dalam kabinet merupakan satu bentuk kelegowoan dirinya dan pemerintah diketahui oleh rakyat secara lebih transparan, terlepas itu baik atau jelek. Ini bertentangan dengan pernyataan SBY yang mengatakan bahwa keadaan di dalam kabinet rakyat tidak perlu tahu. (tahu beres saja rakyat)


4. Smart

Berpidato tanpa teks, menjawab pertanyaan audience dengan spontan, tetapi tepat sasaran dan masih bisa membumbui dengan canda tawa serta menghadirkan analogi-analogi sederhana yang mengena adalah ciri pribadi smart.

SAYA YAKIN APABILA FORMAT DEBAT CAPRES TIDAK DIBUAT KAKU DAN TERLALU DIATUR, tetapi dibuat relaks bahkan terbuka bagi public agar masyarakat benar-benar bisa melihat secara fair kapasitas asli para kandidat, maka akan ketahuan belang ketiganya dan kita semua bisa menebak siapa yang paling dirugikan bila hal itu dilakukan.

Debat 2014 harus beda, tidak boleh sesuai pesanan kandidat tertentu metode dan ketat aturannya.


5. Mandiri


Bukannya membanggakan program BLT yang beliau luncurkan, satu gagasan program bertajuk MAMPU diluncurkan. Sebenarnya ini lebih logis dijalankan, karena sasarannya tepat, generasi muda yang masih mau merintis.

Terbukti, PNPM Mandiri yang begitu dibanggakan, dilapangan tidaklah kentara hasil yang berarti.

6. Melompat-lompat, Tidak Kaku

Birokrasi bukanlah alasan penghambat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang sifatnya penting-mendesak dan harus diselesaikan dalam waktu cepat. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah adalah aturan buatan manusia yang bisa disesuaikan bila memang perlu penyesuaian, disini butuh keberanian seorang pemimpin untuk melompat dari track birokrasi yang monoton menjadi langkah kongkrit penyelesaian masalah.

Jangan karena alasan birokrasi, penanganan masalah dan program tertunda bahkan terbengakalai. Keppres sudah ada, anggaran sudah ada, tetapi tidak ada progress apalagi hasil, itu contohnya.

7. Prinsip Religius yang Dipegang Kuat

Terlepas dari apapun agamanya, seorang pemimpin harus mencerminkan pribadi yang memegang kuat prinsip agama yang dianutnya. Kalau pemimpin itu muslim, maka merangkul istrinya berjilbab rapi adalah salah satu refleksi betapa dia sudah bersungguh-sungguh menerapkan agama yang diyakininya dalam aplikasi nyata.

Begitu juga soal Haji dan Sedekah, haruslah jadi tuntunan. Bagi pemimpin ini bukan lagi ranah privat yang tidak boleh diketahui publik, ini adalah bahan keteladanan untuk publik. Begitu juga untuk agama yang lain, agama apapun sang pemimpin itu.


8. Cerdas Emosi

Terpelihara senyumnya, sampai-sampai orang-orang yang dipimpinnya tidak bisa membedakan pimpinannya dalam keadaan senang atau sedih. Senyum sebagai ekspresi kelapangan hati, bukan berarti senyum terus, tapi ada kalanya tegas.

Tetapi tidak ada dalam kamus pemimpin sejati itu reaktif, mudah tersinggung, apalagi emosional menghadapi kritik. Bahkan di Blog JK diberi iming-iming, 10 orang yang memberikan kritikan paling membangun akan mendapatkan hadiah.

Jadi kritik bukan untuk ditolak mentah-mentah, tetapi untuk ditampung, ditelaah dan diterapkan langkah perbaikannya. Masa ada orang selalu marah kalau di kritik. Pemimpin bukan?



9. Berani

Saat SBY dan JK sama-sama masih menjadi Menko, ketika menangani konflik Poso, SBY tidak pernah mengadakan kunjungan hingga keluar dari Bandara, tetapi JK turun langsung dan hasilnya kita kenal sekarang dengan perjanjian damai Malino. Berani mati, berani mengambil resiko, berani kalah, berani dicela, yang penting bisa memberikan persembahan terbaik yang dia bisa, itulah pemimpin.

10. Membuat Terobosan

Konversi minyak memang usulan adiknya JK, tetapi fakta membuktikan tidak ada satupun penyedia tabung konversi itu dari perusahaan dan grup Kalla. Berapa yang Anda tahu tentang apa saja terobosan-terobosan yang telah JK inspirasikan untuk dibuat bagi bangsa ini/

Pejabat itu rapi dan menawan, tetapi Pemimpin itu Tatag dan bervisi membawa pembaharuan. Saya menutup tulisan ini dengan menyampaikan bahwa, saya tidak mendukung JK untuk menjadi RI 1 di 2014, tetapi siapapun RI 1 nya nanti, jadikanlah JK Wantimpres atau minimal menjadi salah satu orang yang didengar pertimbangannya.

Dia mungkin bukan pejabat yang baik (karena suka pakai hem nggak rapih dan tegas terhadap aturan protokoler), tetapi dia adalah pemimpin yang bervisi, yang membuktikan dirinya telah banyak meng-create pembaharuan.

No comments:

Post a Comment